Saturday, March 14, 2015

Paradigma baru tentang kesetaraan Gender setelah 2015 | New Paradigm of Gender Equality Post-2015: Girls and Boys Together


Judul panel: Paradigma baru tentang kesetaraan Gender setelah 2015 | New Paradigm of Gender Equality Post-2015: Girls and Boys Together
Waktu        : Sabtu, 14 Maret 2015, pukul 12.30 - 02.00
Organisasi  : Mental Health Association in Taiwan

Denise Scotto, Wakil Presiden dan Perwakilan PBB, menjadi moderator
Perubahan paradigm tentang kesetaraan gender harus dimulai dari usia dini, masa kanak-kanak. Sebagai contoh, terkait dengan mainan, ditempat bermain anak-anak perempuan akan ditemukan semua mainan yang berkaitan dengan masak-memasak atau feminis, tetapi hal yang berbeda ditemukan di tempat bermain laki-laki dimana semua bentuk mainan seperti pistol-pistolan dan mainan-mainan yang digunakan dalam kekerasan. Disini mulai terlihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam beberapa situasi di tempat bermain anak-anak, perempuan sering kali ditempatkan sebagai objek, kaum yang lemah. Sejak usia dini anak-anak sudah di didik untuk mendeskreditkan perempuan, maka tidak heran jika kondisi yang sama terlihat dalam kehidupan nyata.

Video game merupakan satu hal yang berkontribusi dalam membangun persepsi bagaimana memperlakukan wanita dengan tidak benar dan kasar. Permainan tentang pembunuhan sampai kekerasan terhadap perempuan tersebar dan dimainkan anak laki-laki seolah mengajarkan mereka bagaimana memperlakukan wanita. Dari sini, bisakah kita merubah dan mulai membangun paradigma tentang memperlakukan perempuan dengan penuh hormat dan setara. Tidak ada perbedaan perlakuan berdasarkan ras. Tidak ada kekerasan yang dilakukan hanya karena dia seorang perempuan. Ketika mereka bermain game, mereka memainkan permainan bagaimana memperlakukan manusia dengan penuh hormat dan setara satu sama lain.

Seorang perwakilan dari Zonta International, yang berkomitmen membantu perempuan melalui advokasi dan pelayanan, memberikan contoh sebuah program yang sedang dilakukan dalam mencegah dan merubah persepsi tentang kekerasan gender. Projek ini fokus pada kekerasan gender di sekolah atau disebut dengan terminologi school-related gender-based violence (SRGBV). Kekerasan yang dimaksud disini tidak hanya terbatas pada kekerasan, tetapi juga meliputi komentar kasar, kekerasan fisik, penganiayaan atau pencelaan, dan kekerasaan dalam bentuk perkataan.

Sebuah penelitian dilakukan di Asia menunjukkan kekerasan gender masih tinggi di sekolah. Oleh karena itu, satu pilot projek untuk mencegah kekerasan gender disekolah diterapkan di Hanoi, Vietnam. Dengan dana sebesar $644.000 yang dibantu oleh pemerintah nasional, projek ini diterapkan dengan beberapa hasil yang diharapkan: 20 sekolah yang terlibat dalam mencegah kekerasan gender, 30.000 anak-anak usia sekolah usia 11-18 dan 45000 orang tua aktif terlibat dalam mencegah dan merespon SRGBV, serta menyiapkan training untuk 700 guru dan staf sekolah pada kekerasan gender.

Pencegahan kekerasan gender disekolah akan menjadi agenda selanjutnya setelah MDGs berakhir. Ketika anak-anak mulai mengenal kekerasan ini, dukungan dari sekolah dan komunitas dibutuhkan.

No comments:

Post a Comment