Friday, March 17, 2017

Hidden Sexism in a Progressive: Member Perception vs. Pastor Experience

Parallel Events, March 13, 2017
12:30 PM – 2:00 PM, Church Center of the United Nations 





Do women have hard time being accepted as religious leaders? The answer is “Yes”
“Women are often called as Sunday school teachers rather than……”

Ada dua pemateri untuk sesi ini. Beliau membahas tentang peran pendeta perempuan di gereja. Perbandingan antar pendeta laki-laki dan perempuan sangat banyak. Seperti jika seorang pria telah menikah dan layak menjadi pendeta, kemungkinan untuk  diterima sangat besar. Sebaliknya, jika seorang perempuan telah menikah dan memiliki anak, kemungkinan untuk di terima sangat kecil.


Menurut data qualitative – wawancara yang di lakukan oleh pemateri, perempuan kurang menyakinkan memiliki peran sebagai pendeta. Sebenarnya, peluang yang di tawarkan untuk menjadi pendeta antar laki-laki dan perempuan sebanding, namun pada kenyataannya, lebih banyak pria yang memiiki kesempatan sebagai pemimpin (leader). Disisi lain, peran perempuan kebanyakan menjadi relawan (volunteer) di gereja. Data lain yang pemateri bahas adalah:

“Although 89% of men and 93% of women agree that men and women should have equal opportunities to be a pastor, only 73% also feel that way about their pastor. Those with a preference tend to prefer a pastor who matches their own gender identity”


Pertanyaan berikutnya, bagaimana perlakuan masyarakat terhadap pendeta perempuan dibandingkan pendeta laki-laki?
How are women in leadership positions treated compared to men?
Delapan dari sepuluh pendeta perempuan mengalami perlakuan ketidaksetaraan gender seperti diskriminasi (gaji rendah), perlakuan sex, dan prasangka lain. Pada dasarnya pendeta laki-laki juga mengalami hal yang sama namun, pada umumnya pendeta perempuan lebih sering mengalami hal tersebut.

Hal yang menarik dari data yang di peroleh bahwa, perempuan memiliki kesempatan lebih rendah (36%) menjadi pendeta jika memiliki anak yang harus di asuh di rumah. Namun, jika mereka tidak memiliki anak kecil dirumah, kesempatan untuk menjadi pendeta lebih tinggi (63%) di banding laki-laki (47%).



Does sexism still exist within our denomination?


“Benevolent sexism refers to beliefs about gender that may appear positive, but actually have damaging societal outcomes in terms of gender equality”


Untuk informasi lebih lanjut tentang peran pendeta perempuan : http://www.presbyterianmission.org/resource/gender-leadership-pcusa/



No comments:

Post a Comment